Kamis, 18 Juni 2009

Nasib Tragis Siswi SMP 1 Padang: Setelah Diperkosa Kemudian Dibunuh!

JEJAK KASUS - Hanya berselang dua jam, kasus pemerkosaan yang diakhiri dengan pembunuhan sadis terhadap seorang siswi SMP di Kota Padang berhasil diungkap oleh aparat kepolisian. Adalah tetangga dekat korban yang ternyata rela menodai kesucian dan kemudian menghabisi nyawa gadis manis yang baru saja menginjak usia remaja itu.

Pagi itu mendung menggayut di langit Kota Padang. Namun suasana yang membut sebagian orang memilih untuk tetap berbaring di tempat tidur itu tidak membuat Anggreini Meireski (13 tahun) menyurutkan langkah untuk pergi ke sekolah. Di samping Anggi –demikian nama panggilannya- termasuk salah seorang siswi rajin di sekolahnya SMP Negeri 1 Padang, pada hari itu Anggi juga tengah menjalani ujian hari kedua.

Setelah sarapan sekedar pengganjal perut Anggi kemudian pamit minta izin pada orangtuanya untuk berangkat ke sekolah. Karena cuaca yang sudah sedikit gerimis, orangtua Anggi kemudian meminta anaknya itu untuk naik ojek saja ke sekolah agar lebih cepat sampai. Orangtua Anggi pun kemudian memanggil tetangganya yang bernama Ari Buana (32 tahun) yang sehari-hari juga berprofesi sebagai tukang ojek. Orangtua Anggi sama sekali tidak memiliki firasat apapun terhadap Ari, selain pemuda lajang itu adalah tetangga dekatnya, Ari juga adalah tukang ojek langganan bagi Anggi dan keluarganya.

Dengan ceria Anggi pun menaiki ojek itu berhrp cepat sampai ke sekolah. Namun begitu motor ojek lewat di depan rumah Ari, pemuda itu minta izin sebentar untuk mengambil mantel dengan alasan takut kehujanan nanti di tengah jalan. Anggi pun menunggu di luar sementara pemuda itu masuk ke rumahnya.

Semenit dua menit, Ari tak jua kunjung keluar. Karena takut terlambat ikut ujian, Anggi pun kemudian menghampiri pintu rumah seraya memanggil-manggil nama Ari. Tiba-tiba pemuda itu datang menghampiri Anggi lantas menyeret gadis malang itu ke dalam rumah dan langsung membekapnya. Anggi pun melawan dan berontak sekuat tenaga. Tapi, apalah daya seorang gadis cilik 13 tahun melawan pemuda kekar berusia 32 tahun. Ari pun kemudian menyudahi perlawan Anggi dengan memukul dan menghantamkan balok kayu ke kepala gadis itu. Anggi pun terkapar tak berkutik, pingsan!

Bukannya timbul rasa kasihan, sebaliknya Ari pun melampiaskan nafsu bejatnya dengan memperkosa tubuh suci Anggi. Dasar birahi sudah di ubun-ubun, Ari kemudian mengambil sebilah gunting untuk mencabik-cabik pakaian Anggi yang pada saat itu memakai jilbab. Tidak puas sekali, Ari menodai tubuh yang masih belum terjamah sentuhan laki-laki itu sebanyak dua kali.

Setelah puas melampiaskan nafsu setannya, mulai timbul rasa takut di hati pemuda itu. Dia lantas berpikir untuk mengenyahkan tubuh gadis yang tidak berdaya itu. Ari kemudian keluar rumah mencari karung untuk membungkus tubuh malang Anggi.pada saat itulah orangtua Anggi melihat Ari dan bertanya apakah anaknya sudah diantarkan ke sekolah dan juga menanyakan untuk apa karung itu. Ari menjawab Anggi sudah diantarkan ke sekolah dan karung itu untuk mengangkut beras.

Di dalam rumah, Ari kemudian memasukkan tubuh polos Anggi bersama pakaiannya ke dalam karung dan mengikatnya. Selanjutnya Ari mengendarai motornya ke arah Padang Pariaman, sekitar 20 km dari Kota Padang. Kemudian, tubuh tanpa dosa yang terbungkus karung itu dibuangnya ke semak-semak dekat sebuah sungai. Merasa sudah aman, Ari kemudian kembali ke Kota Padang.

Sementara itu, seorang petani yang kebetulan lewat dekat semak-semak melihat sebuah karung yang bergerak-gerak. Karena curiga, petani itu mendekati karung itu dan membukanya. Betapa terkejutnya dia begitu menyaksikan bahwa di dalam karung itu terkapar tubuh seorang gadis remaja tanpa pakaian yang berlumur darah dan sedang sekarat dengan nafas yang tinggal satu-satu. Petani itu kemudian beteriak-teriak memanggil orang sekampung dan berupaya menyelamatkan Anggi. Namun untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak. Anggi meninggal hanya selang beberapa menit setelah ditemukan akibat derita yang dialaminya begitu parah.

Kembali ke sekolah, wali kelas Anggi merasa curiga karena sudah habis satu jam mata pelajaran Anggi tak kunjung muncul. Dia segera menghubungi orangtua Anggi dan menanyakan apakah Anggi sedang sakit sehingga tak masuk ujian. Dijawab Anggi sudah dari tadi pergi sekolah diantarkan Ari. Merasa tidak puas, pihak sekolah kemudian mencari Ari yang biasa mangkal di sebuah warung dekat SMP 1 Padang. Ari ternyata berada di sana sedang merokok. Majelis guru kemudian menanyakan keberadaan Anggi pada Ari, dan dijawab Ari bahwa sudah dari tadi Anggi masuk ke pekarangan sekolah.
Tak berapa lama kemudian, pihak Puskesmas Padang Pariaman menghubungi pihak SMPN 1 Padang dan mengatakan seorang siswinya bernama Anggi ditemukan tewas mengenaskan.

Mengetahui hal itu, pihak sekolah segera menghubungi Poltabes Padang. Petugas segera bergerak cepat dan mencurigai Ari karena dialah orang terakhir yang bersama Anggi. Ketika ditangkap Ari masih santai-santai di warung dekat SMP1 karena tidak mengetahui perkembangan yang terjadi. Dari hasil penggeledahan, petugas menemukan sim card milik Anggi di kantong baju Ari. Di rumah pemuda itu, petugas juga menemukan bekas-bekas bercak darah dan ponsel milik Anggi.

Ari kemudian ditetapkan sebagai tersangka hanya selang dua jam setelah kejadian itu! Akibat kejadian itu, Ari dikenai pasal berlapis yakni Pasal 340 jo 338 jo 353 jo 351 jo 268 jo 365 KUHP tentang pembunuhan berencana, penganiayaan yang menyebabkan hilangnya nyawa seseorang, pemerkosaan dan pencurian disertai pemerasan, dengan ancaman hukuman mati!

Selamat Jalan Anggi, semoga engkau bahagia di sana. Percayalah, dirimu akan selalu kami kenang...

BACA SELENGKAPNYA...

Rabu, 17 Juni 2009

Misteri Kematian Model Cantik: 'Hollywood Dream' yang Berujung Tragis

Juliana Redding (21 tahun) adalah seorang model cantik yang namanya diperkirakan akan bersinar di jagad perfilman Hollywood. Sebagaimana impian wanita muda lainnya di AS, Juliana memutuskan untuk pindah dari kota kecil Arizona menuju California untuk mengejar ‘Hollywood Dream.’ Namun, bukan peruntungan yang didapatnya, melainkan nasib tragis yang berujung pada jejak kasus kematiannya. Juliana Redding, ditemukan tewas terbunuh dibunuh di sebuah apartemen di Santa Monica.

Pada usia 18 tahun, Julaian telah membintangi film independen pertamanya yang berjudul "Kathy T Gives Good Hoover." Sebuah film yang berkisah tentang dunia remaja dan budaya grafiitti. Pada tahun 2006, ia memutuskan untuk pindah ke California dan tinggal pada sebuah apartemen di Santa Monica, California, bersama seekor anjing peliharaannya jenis terrier.

Sambil meneruskan kuliahnya, Julianan juga bekerja paruh waktu pada sebuah bar di yang bernama Venice Beach bar.

Suatu hari di bulan Maret, teman-teman Juliana mulai merasa penasaran karena tidak bertemu dengan gadis itu selama beberapa hari. Mereka pun kemudian menghubungi orangtrua Julianan di Tucson, Arizona. Mendapat laporan dari teman anaknya, ibu Juliana pun segera menghubungi pihak kepolisian Santa Monica.

Tak berapa lama kemudian, petugas mendobrak amsuk ke apartemen Juliana dan menemukan pemandangan yang mengerikan. Juliana ditemukan sudah tidak bernyawa lagi dan pada tubuhnya ditemukan bekas kekerasan akibat benda tumpul “Ini adalah kasus pembunuhan,” ujar Sersan Rinaldi Thruston dari Santa Monica Polisi Departemen.

Meskipun demikian, pihak forensik Los Angeles membantah bahwa kematian akibat pukulan benda tumpul (blunt force trauma). “Laporan media tidka akurat. Kematian bukan akibat benda tumpul. Namun kami tidak dapat mengungkapkan penyebab kematian yang sebenarnya karena berkasnya tertutup untuk umum guna kepentingan penyelidikan,” kata salah seorang petugas forensik.

Polisi juga tidak mengungkapkan apakah ada senjata yang digunakan dalam pembunuhan Juliana. Demikian juga petugas tidak mengungkapkan apakah apartemen Juliana dirusak secara paksa oleh penyerangnya atau apakah Juliana mengenal orang yang menyerangnya itu. Polisi juga tidak menyebutkan apakah Juliana mengalami perkosaan oleh pelaku.

”Kami belum menangkap atau mencurigai seorangpun atas jejak kasus ini,” kata petugas. Meskipun demikian, petugas mengaku telah memiliki sejumlah bukti-bukti yang dapat memberikan petunjuk kepada pengungkapan pelaku pembunuhan.

Menurut sahabatnya, Juliana memiliki pacar yang juga berprofesi sebagai seorang aktor dan mereka telah berpcaran selama dua tahun. Namun hubungan mereka kandas sekitar enam bulan sebelum Juliana ditemukan tewas. Meskipun begitu, Juliana dan mantan pacarnya itu tetap berteman. Tidak jelas, apakah Juliana memiliki pacar baru setelah pututs hubungan dengan pacar sebelumnya itu. Polisi masih bekerja mengungkap keterkaitan itu dengan melakukan interogasi terhadap tetangga, orang-orang dan teman-teman dekat Juliana. "Kami percaya polisi akan melakukan apa yang mereka dapat lakukan gunan memecahkan kasus ini, namun kami benar-benar tidak suka perhatian media," kata ibu Juliana.

Salah satu kunci yang mungkin bisa menguak kasus ini adalah ditemukannya bercak darah di pinggir atau dinding luar apartemen Juliana. Namun, pihak kepolisian tidak memberikan komentarnya perihal bercak darah itu dan juga tidak mengungkapkan apakah ada tetangga apartemen Juliana yang mendengar jeritan atau suara mencurigakan dari balik apartemen gadis malang itu Pada tahap ini, terdapat lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.

Jika ada yang mempunyai informasi mengenai kasus pembunuhan Juliana ini pihak Departemen Santa Monica Polisi di ujung baris membuka hot line pada nomor (310) 458-8449.

BACA SELENGKAPNYA...

Selasa, 16 Juni 2009

Gadis Belia yang Diperkosa, Disiksa, dan Dibunuh

JEJAK KASUS (NEW YORK) – Hari itu merupakan hari yang biasa-biasa saja di kota kecil New Hampshire di tahun 1971 ketika seorang gadis remaja berusia 13 tahun bernama Kathy Gloddy, pergi jalan-jalan keluar rumah bersama anjing peliharaannya yang bernama Tasha. Namun, Tasha justru pulang kerumah tanpa majikannya Kathy. Selang tiga hari kemudian, tubuh Kathy ditemukan sudah tidak bernyawa lagi sekitar 3 mil dari kediamannya.

Kondisi jenazah Kathy sungguh mengenaskan. Dia telah dipukuli, diperkosa, dan dicekik, hingga diikat ke mobil dan diseret berulang-ulang kali sampai meregang nyawa.

Kekejaman itu membuat polisi New Hampshire bekerja keras memburu pelaku yang tidak berperikemanusiaan itu. Petugas kemudian mencurigai sejumlah tersangka, namun tidak memiliki cukup bukti untuk menagkap orang-orang yang dicurigai itu. Pada tahun 2006, jenazah Kathy kembali diotopsi untuk mencari bukti, namun kembali polisi menemui kegagalan.

Keluarga Kathy pun kemudian menyeewa detektif swasta, Tom Shamshak, untuk menyelidiki pembunuh putri mereka. Namun, sampai sejauh ini baik Tom maupun penyidik kepolisian hanya dapat mengumpulkan fakta pada hari Kathy pergi dan hilang.
Berdasarkan hasil investigasi, diyakini bahwa Kathy
meninggalkan rumahnya sekitar pukul 5 sore untuk pergi ke sebuah toko di mana dia membeli es krim dan kentang goreng. Segera setelah keluar dari toko, ia kemduian pergi ke Franklin High School, di mana dia bertemu dengan salah satu saudara perempuannya yang menghadiri suatu perjamuan.

Tidak jelas ke mana Kathy pergi selanjutnya, tapi apa yang diketahui adalah bahwa pada malam itu si anjing kembali rumah dalam kondisi yang cukup panik, takut, dan cemas luar biasa.

"Ketika Tasha datang tanpa Kathy rumah, kami khawatir," kata saudara perempuan Kathy, Janet Young. "Dan kemudian anjing itu bertingkah dan berlarian seperti anjing gila di lingkungan sekitar, dan menggonggong di depan pintu seakan-akan mencari Kathy," lanjutnya.

Sementara itu, penyidik swasta Shamshak berkata bahwa ia meyakini pelakunya bukan orang asing, sebaliknya adalah orang yang kenal dengan Kathy dan keluarganya. "Ini jenis kebrutalan dan tindak kejahatan yang hanya dilakukan seseorang yang mengenal korban atau keluarganya," kata Shamshak.

Jim Conrad, mantan Polisi Negara New Hampshire polisi yang bekerja pada kasus ini, mengatakan jasad Kathy ditemukan di dalam hutan tidak jauh dari jalan kecil kerikil yang populer di dekat sebuah kolam di Franklin, New Hampshire.

Penyelidik percaya kawasan - yang hanya satu mil dari tempat Kathy terlihat terakhir – hanyalah lokasi pembuangan jasad Kathy saja dan bukan lokasi pembunuhan. "Salah satu hal yang saya bersama tim lakukan adalah mencoba untuk mendapatkan DNA berdasarkan forensik yang memeriksa jasad Kathy," ujar Shamshak.

Meskipun sampai saat ini masih belum berhasil ditemukan bukti, namun keluarga Kathy tetap berharap suatu saat akan ditemukan satu bukti saja yang menjadi kunci dalam mengungkap tragedi tersebut. "Kami telah menunggu begitu lama untuk keadilan," kata Karen Beaudin, saudara perempuan Kathy.

Sedangkan Gilbert mengatakan paling tidak ada dua orang yang dicurigai memiliki keterkaitan dengan pembunuhan Kathy. Dia juga menjelaskan, sebuah petunjuk penting muncul pada tahun 2004 ketika seorang narapidana bernama Edward Duette datang ke polisi dan mengatakan dia memiliki petunjuk yang bisa mengungkap pembunuh Kathy. Namun, ketika ditselidiki lebih lanjut, pernyataan Edward itu tidak bisa diterima karena bertentangan dengan sejumlah bukti-bukti sebelumnya. Dukette adalah mantan tetangga yang Gloddys yang menjalani hukuman karena kasus perkosaan beberapa bulan sebelum peristiwa yang menimpa Kathy.

Keluarga Gloddy dan Tom Shamshak mempercayai bahwa percaya ada lebih dari satu orang yang bertanggung jawab atas pembunuhan Kathy. Mereka pun memberikan hadiah bagi siapa saja yang memiliki petunjuk atas kasus pembunuhan itu, bekerjasama dengan Carole Sund Foundation.

Siapapun yang memiliki informasi yang dapat mengungkap penangkapan individu-individu yang bertanggung jawab atas pembunuhan Kathy Lynn Gloddy dapat menghubungi kepolisian New Hampshire pada nomor 603-271-3636.

BACA SELENGKAPNYA...

Kamis, 11 Juni 2009

Pembunuh Berantai Incar Kucing Peliharaan

JEJAK KASUS (Miami, Florida) – Warnanya hitam dan putih, sebuah hadiah yang sempurna untuk gadis cilik berusia 6 tahun, putri dari pasangan Donna dan Ronald Gleason. Namanya Tommy. Tommy adalah seekor kucing lucu yang menjadi korban mutilasi dari seorang pembunuh berantai spesialis kucing peliharaan.

Polisi Miami, Florida menyebutkan, Tommy adalah salah satu korban dari belasan korban mutilasi lainnya oleh seorang pembunuh berantai baru-baru ini di kawasan Miami.

Gleasons tidak mau menyebutkan nama anak perempuan mereka yang sedang bersedih itu, dan meminta gadis cilik itu meninggalkan ruangan sebelum CNN mewawancarai mengenai rincian mengerikan apa yang telah terjadi dengan kucing mereka itu.

"Bagian dari kulit bawahnya hilang... dan juga bagian kakinya," ujar Gleason. "Tubuh kucing itu sebagian dikuliti," ujarnya lirih.

Polisi Distrik Miami mengatakan mutilasi terhadap sejumlah kucing itu adalah perilaku sadistic feline fatalities yang juga terjadi baru-baru ini di Cutler Palmetto Bay Bay selain di wilayah Distrik Miami-dade.

Juru bicara Polisi Miami-dade, Bobby Williams mengatakan bahwa setiap orang mampu berbuat seperti itu, yakni menyiksa dan bertindak kejam terhadap binatang. "Hal itu adalah gangguan mental yang memiliki beberapa jenis tingkat," katanya.

Kejahatan itu diketahui sejak 13 Mei 2009. Untuk menangkap pelaku, pihak kepolisian bahkan menawarkan hadiah sebesar $ 10.000 kepada siapa saja yang bisa memberikan petunjuk terhadap pengungkapan kasus tersebut.

Sementara itu, Polisi juga kebanjiran puluhan panggilan telepon dari orang-orang yang telah menemukan kucing mati di sejumlah kawasan di Miami. Meskipun demikian, penyidik setempat telah menetapkan bahwa sebagian besar kasus laporan kucing mati itu tidak ada kaitannya dengan modus pembunuhan berantai kucing-kucing yang dimutilasi tersebut. Jumlah sementara kucing yang mati akibat aksi pembunuh berantai itu sekitar 12 ekor, namun angka itu diyakini bisa lebih tinggi lagi.

Tommy

Kucing berbulu hitam putih, Tommy, milik keluarga Ronald Gleason ditemukan terbaring di halaman rumah pada tanggal 25 Mei. Pada awalnya, Ronald berpikir kucing keluarga mereka itu dibunuh oleh anjing liar, tetapi ketika ia melihat lebih dekat ia sangat terkejut melihat bekas penyiksaan dan mutilasi pada bangkai kucing itu.

Tommy merupakan hadiah bagi putri mereka yang sangat menginginkan seekor kucing untuk dipelihara. "Kami berdoa bahwa kami akan menemukan kucing lucu yang menyukai anjing, dan beberapa hari kemudian, ia hanya menunjukkan di depan hotel kami," ujar Donna Gleason yang juga memiliki seekor anjing peliharaan. Kemudian mereka melihat Tommy di sebuah emperan toko dan putri mereka langsung ‘jatuh cinta’ pada kucing tersebut.

"Sangat mengganggu mengetahui bahwa kekejaman ini terjadi tepat di depan rumah Anda, saat Anda sedang tidur di dalam," ujar Donna Gleason dengan emosi.

Hal serupa juga terjadi di bagian selatan Distrik Miami-dade. Seorang perempuan yang tidak mau disebutkan namanya, memiliki seekor kucing Siam bernama Caesar. Caesar ditemukan telah tewas dan bagian tubuhnya juga mengalami mutilasi yang menerikan.

"Dia telah membunuh kucing saya. Saya tidak peduli apakah hal ini perbuatan sekelompok berandalan atau anggota gang atau ritual memuja setan, namun yang jelas pelakunya gila!" kata wanita itu.

Kasus pembunuhan berantai terhadap belasan ekor kucing yang telah berlangsung sebulan itu membuat sibuk aparat kepolisian setempat. "Kami telah dan sedang memberitahu para pemilik kucing untuk berhati-hati dan selalu menyimpan kucing mereka di dalam rumah," kata Williams, juru bicara polisi Miami.

"Jika Anda melihat perilaku mencurigakan mencurigakan, segera panggil polisi," tambahnya. "Kami akan segera meluncur ke tempat Anda dan memeriksa mereka. Hal ini bisa jadi petunjuk yang selama ini kami cari-cari," kata William.

Bagi keluarga Gleasons dan 11 pemiliki kucing lainnya, pemberitahuan dari polisi itu sudah sangat terlambat. Kucing mereka yang lucu telah tewas di tangan maniak.

"Putri kami sangat menyayangi Tommy, dan bermain dengan dia setiap pagi. ... Dia sangat merindukan kucing itu," ujar Donna Gleason. "Kami memberitahu putri kami bahwa Tommy dibunuh oleh seekor binatang liar," katanya. Kemudian ia menambahkan, "Bagaimanapun juga, pelakunya memang seekor binatang,” kata Donna.

BACA SELENGKAPNYA...

Rabu, 10 Juni 2009

Pergi Jogging...dan Tak Pernah Kembali

JEJAK KASUS (COLORADO) - Pada suatu pagi yang cerah di musim panas bulan Agustus 1983, seorang gadis 14 tahun, Beth Miller, memutuskan untuk melakukan jogging di sekitar komplek tempat tinggalnya di Idaho Springs, Colorado. Siapa yang menyangka, Beth Miller, pelajar sekolah menengah itu kemudian tidak pernah kembali pulang ke rumahnya. Nasibya, tidak pernah diketahui hingga sekarang.

Ketika hari menjelang malam, dan anak kesayangannya tidak juga kunjung pulang ke rumah, orangtua Beth mulai panik dan menghubungi polisi. Biasanya, jika putri mereka hendak bepergian selalu meninggalkan pesan. Namun pada pagi itu Beth sama sekali tidak meninggalkan pesan apa-apa selain izin pamit untuk melakukan jogging pagi. Ketika bepergian jogging pada pagi itu, Beth tidak membawa uang sepeser pun dan teman-teman Beth juga tidak ada yang dihubungi oleh Beth pada pagi naas itu.

Investigasi lebih lanjut oleh aparat kepolisin Colorado Police Department menemukan petunjuk bahwa Beth terakhir kali terlihat sedang berbicara dengan seorang pria tak dikenal di sebuah taman di samping sebuah truk pick up berwara merah. Saksi mata mengatakan, plat nomor kendaraan itu bukan plat lisensi Idaho Spring.

Tidak mau kehilangan buruannya, segera setelah polisi menemukan fakta itu, seluruh truk pickup berwarna merah di sekitar kawasan Idaho dihentikan. Namun, tidak ada satupun yang dapat dihubungkan dengan menghilangnya Beth Miller.

Bertahun-tahun penyelidik kasus Beth Miller tidak menemui petunjuk hingga berkas kasus itu menjadi arsip yang menghuni lemari arsip di Colorado Police Department.

Bertahun-tahun kemudian, seorang tersangka pembunuh berantai asal Mississippi mengakui bahwa dia telah membunuh Beth Miller. Namun ketika pengakuannya itu didalami lebih lanjut tidak ditemui bukti-bukti bahwa Beth Miller menjadi korbannya. Sekali lagi polisi menemui jalan buntu.

Sempat hening, kasus Beth Miller kembali menyeruak ke permukaan ketika seorang perempuan asal New Mexico mengaku bahwa pacarnya yang bernama Edward Apodaca telah membunuh Beth Miller dan dirinya ikut membantu Edward dalam menguburkan mayat Beth di kawasan pegunungan Idaho Spring.

Edward Apodaca sendiri telah meninggal dunia ketika perempuan itu mengungkapkan hal tersebut kepada polisi.

Polisi kemudian memfokuskan penyelidikannya ke lokasi tersebut dengan mengerahkan anjing pelacak. Namun, lagi-lagi polisi gagal menemukan Beth Miller. Bahkan dengan bantuan anjing pelcak sekalipun sama sekali tidak ditemukan jenazah Beth Miller di lokasi penguburan sebagaimana yang disebutkan oleh perempuan tersebut.

Sejumlah perempuan kemudian bermunculan mengakui bahwa dirinya adalah Beth Miller si anak hilang. Termasuk pengakuan dari seorang perempuan asal Tampa, Florida di tahun 1995. Ketika dipertemukan, keluarga Beth Miller membuktikan bahwa pengakuan itu bohong belaka karena perempuan itu bukanlah anak mereka.

Satu tahun sebelumnya, yaitu tahun 1994, di sebuah kawasan di Colorado ditemukan tulang belulang yang tidak teridentifikasi. Ketika uji tes DNA mulai dikembangkan dalam penyelidikan tulang belulang itu diserahkan ke FBI tahun 2004 untuk diidentifikasi. Hasilnya, tulang belulang itu bukanlah Beth Miller namun teridentifikasi sebagai tulang belulang hewan.

Di tengah ketidakpastian tentang nasib putrid mereka, orangtua Beth Miller beserta anggota keluarga meyakini teori pembunuhan oleh Edward Apodaca dengan bantuan kekasihnya. Namun, selain pengakuan dari kekasih Edward Apodaca, tidak ada bukti nyata bahwa memang mereka lah pelakunya.



Gambar di atas merupakan perkiraan wajah Beth Miller jika dia masih hidup sampai sekarang.

Sketsa terbaru yang dilakukan polisi menyebutkan saat ini jika masih hidup usia BethMiller adalah 40 tahun dengan tinggi sekitar 180cm, memiliki rambut pirang (blonde), dan bermata biru. Terakhir kali Beth Miller mengenakan celana jogging warna putih, kaos biru, dan sepatu kets. Another unsolved case…

BACA SELENGKAPNYA...

Sahabat Karib yang Tak Terpisahkan Hingga Maut Menjemput

JEJAK KASUS (OKLAHOMA) - Kota Kecil Weleetka di Oklahoma mendadak gempar dengan ditemukannya dua mayat gadis yang baru beranjak remaja di pinggiran sebuah jalan. Yang lebih mengejutkan lagi, kedua gadis itu tewas dengan sejumlah luka tembakan di sekujur tubuhnya. Kedua gadis itu, masing-masing bernama Taylor Paschal Placker (13 tahun) ditembak sebanyak lima kali dan Skyla Jade Whittaker (11 tahun) ditembak sebanyak 8 kali tembakan.

Taylor dan Skyla merupakan dua orang sahabat karib. Mereka selalu menghabiskan waktu berdua baik waktu belajar maupun ketika bermain usai pulang sekolah. Bahkan, kedua gadis itu juga saling menginap, artinya Skyla pernah menginap di kediaman Taylor maupun sebaliknya. Mereka tidak terpisahkan satu sama lain. Bahkan ketika kematian menjemput mereka juga tak terpisahkan. Mayat kedua gadis malang itu ditemukan tidak berapa jauh dari kediaman mereka.

Investigasi yang dilakukan polisi menemukan fakta bahwa kedua gadis itu dibunuh oleh sedikitnya oleh dua orang karena tim forensic menyebutkan pistol yang digunakan terdiri dari dua jenis pistol yang berbeda.

Masyarakat setempat melaporkan, kasus tragis itu merupakan kasus kriminal pertama yang terjadi di kota kecil tersebut dalam 20 tahun terakhir. Bahkan, mereka juga menyebutkan bahwa kejadian yang menimpa Taylor dan Skyla merupakan kasus tersadis yang pernah terjadi di kota berpenduduk sekitar 1.084 jiwa itu.

Pada suatu sore yang cerah tanggal 8 Juni 2008, kedua gadis itu pamit untuk pergi bermain. Mereka meninggalkan rumah sekitar pukul 5 sore dan berangkat dari kediaman Taylor.

Entah karena apa, ayah Taylor mendadak merasa gelisah. Dia kemudian menghubungi ponsel anak perempuannya itu. Perasaan gelisah sang ayah makin menjadi-jadi manakala ponsel anaknya tidak diangkat-angkat. Dia kemudian memutuskan untuk mencari anaknya itu.

Belum jauh dia berjalan, mendadak wajahnya menjadi pucat pasi. Tubuhnya serasa lemas tak berdaya. Di pinggir jalan dia menyaksikan satu pemandangan bagai neraka yang takkan pernah terlupakan seumur hidupnya.

Sekitar pukul 5.41 sore, ibu Taylor kemudian menghubungi nomor darurat 911 dan mengatakan kepada operator bahwa anaknya bersama sahabatnya dibunuh secara biadab. Polisi kemudian datang ke lokasi kejadian dan menemukan mayat kedua gadis malang itu. Jarak pos polisi dengan lokasi hanya sekitar 400 meter dari kediaman Taylor.


Taylor Paschal Placker (13 tahun)

Kedua sahabat karib itu tergolek saling bersebelahan di sebuah saluran air. Luka tembakan ditemukan di kepala dan dada gadis itu. Tidak ada tanda-tanda kekerasan sexual terhadap kedua gadis malang itu.



Skyla Jade Whittaker (11 tahun)

Seorang saksi mata mengungkapkan bahwa dia terakhir kali melihat kedua gadis itu sekitar setengah jam sebelum mereka ditemukan tewas.

Seorang saksi mata lain melaporkan melihat seorang pria duduk di samping sebuah truk pick-up berwarna putih yang parkir di jalan pada siang hari itu. Pria itu, kata saksi mata, bukanlah warga kota Weleetka.

Pria itu digambarkan memiliki tinggi sekitar 180cm dengan rambut panjang berwarna hitam gelap yang diikat ke belakang.

Penyelidik meragukan pria berambut panjang itu terlibat dalam kasus itu karena rentang waktu yang cukup lama. Namun, kata polisi, mungkin saja pria itu menyaksikan sesuatu yang bisa menjadi petunjuk dalam mengungkap kasus tragis tersebut.

Di lokasi kejadian, polisi menemukan proyektil peluru, DNA, dan jejak kaki yang kemudian dianalisa di labor forensic. Penyelidik mencoba melacak asal peluru itu guna mengindentifikasi pistol yang digunakan pembunuh.

Polisi juga meyakini bahwa dua pistol yang digunakan merupakan indikasi pembunuhan kedua gadis malang itu dilakukan oleh dua orang.

Kejadian tragis ini memunculkan pertanyaan yang tak terjawab: Apa motif di balik pembunuhan kedua gadis malang yang tak berdosa itu?

Mayat kedua sahabat itu ditemukan dekat sebuah jembatan di pinggir jalan yang takkan terlihat sepintas lalu. Lokasi itu memunculkan dugaan bahwa mungkin saja pelakunya adalah penduduk setempat yang hafal seluk beluk lingkungan setempat.

Kendati demikian, polisi akhirnya berhasil mengeluarkan sketsa wajah pelaku yang dihimpun dari keterangan-keterangan dari para saksi mata tak langsung.



sketsa wajah pelaku

Meskipun demikian, hingga sejauh ini belum satupun tersangka yang ditetapkan polisi karena terkendala minimnya petunjuk dan barang bukti. Keluarga dan polisi menawarkan imbalan sebesar $40.000 bagi siapa saja yang bisa memberi petunjuk dalam pengungkapan kasus tersebut.

BACA SELENGKAPNYA...

Gadis Cantik Hilang di Kegelapan Malam

JEJAK KASUS (VERMONT) - Gadis berparas manis itu baru berusia 17 tahun ketika dilaporkan hilang dalam perjalanan pulang dari tempat kerjanya. Brianna Maitland, nama gadis itu, merupakan seorang yang cukup ambisius, sekaligus mandiri. Brianna memaksa orangtuanya agar dia diizinkan untuk bekerja sebelum masuk universitas begitu tamat sekolah menengah.

Oleh karena itu, Brianna memutuskan untuk menyewa kamar di sebuah apartment yang berada tak jauh dari tempat dia bekerja. Di apartment itu Brianna tinggal bersama seorang temannya. Brianna bekerja sebagai seorang pelayan di restoran Black Lantern, di Montgomery, Negara bagian Vermont.

Hari itu, Jumat tanggal 19 Maret 2004, Brianna mendapat giliran shift malam sehingga dia baru bisa pulang sekitar jam setengah 11 malam (11 p.m) sesuai jadwal. Setelah beres-beres, sekitar pukul 11.20 malam Brianna kemudian pulang menuju apartmennya dengan mengendarai mobil pemberian dari orangtuanya. Namun, Brianna tidak pernah tiba di apartmennya itu. Malam itu, merupakan malam diamana Brianna dinyatakan hilang!

Tiga hari kemudian, teman sekamarnya menghubungi orangtua Brianna dan menanyakan apakah Brianna ada di kediaman orangtuanya itu. Terkejut dan merasa khawatir, orangtua Brianna kemudian menghubungi polisi dan setelah menerima laporan itu polisi mulai bekerja menyelidiki kasus hilangnya Brianna.

Sementara itu, sebuah mobil ditemukan tanpa pemilik pada hari Sabtu, sehari setelah menghilangnya Brianna. Setelah laporan hilangnya Brianna masuk ke kantor polisi barulah dipastikan bahwa mobil yang ditemukan pada hari Sabtu itu adalah mobil Brianna.


Mobil Brianna itu jenis Green Oldsmobile keluaran tahun 1985. Pada bagian bumper belakang mobil ditemukan kerusakan akibat benturan. Lokasi penemuan mobil itu berada di pinggiran hutan yang berjarak sekitar 1,6 km dari restoran tempat Brianna bekerja.

Jenis mobil yang dikendarai Brianna pada malam ia hilang

Di dalam mobil itu juga ditemukan lensa kontak yang biasa dipakai Brianna, obat-obatan yang dipakai Brianna (bukan narkoba atau sejenisnya), dan dua lembar slip gaji senilai $150. Forensik mengungkapkan, tidak ada ditemukan tanda-tanda kekerasan atau hal-hal yang mencurigakan di dalam mobil Brianna.

Penemuan mobil Brianna itu merupakan petunjuk yang cukup besar dalam pengungkapan kasus hilangnya gadis remaja tersebut. Oleh karena itu, polisi kemudian mengerahkan tak kurang dari 500 anggota polisi dan puluhan relawan dari berbagai lembaga dan masyarakat setempat untuk mencari Brianna di hutan itu.

Tidak hanya itu, polisi juga mengerahkan belasan anjing pelacak dan sejumlah helicopter untuk menemukan Brianna. Namun, semua upaya yang tidak kenal lelah itu ternyata tidak membuahkan hasil. Tidak ada petunjuk tentang keberadaan Brianna.



Kasus hilangnya Brianna ini dihubungkan oleh polisi dengan kasus sejenis yakni hilangnya gadis remaja bernama Maura Murray. Maura juga lenyap bak ditelan bumi namun mobil yang dikendarainya ditemukan di pinggiran jalan dengan kondisi bagian belakang remuk bekas ditabrak. Polisi yakin bahwa pelaku hilangnya Brianna Maitland sama dengan pelaku kasus hilangnya Maura Murray.

Ketika semua pihak sudah nyaris putus asa dan orangtua Brianna menganggap putrinya sudah tewas, tiba-tiba saja di pertengahan tahun 2006, dua tahun setelah hilangnya Brianna, seorang pelayan kasino melihat seorang gadis yang menyerupai Brianna di kasino tempat pelayan itu bekerja yakni kasino Caesar’s Palace di Atlantic City, Negara bagian New Jersey.

Polisi kemudian menyelidiki kamera pengaman kasino, namun sayangnya video itu hitam butih dan sedikit kabur sehingga orangtua Brianna yang terbang dari Vermont ke New Jersey tidak bisa memastikan bahwa gadis itu adalah putri mereka.



Polisi kemudian berupaya mencari gadis dalam video itu namun upaya itu lagi-lagi menemui jalan buntu. Gadis itu tidak pernah ditemukan. Meskipund emikian, kejadian itu memberikan harapan yang sangat besar dalam diri orangtua Brianna bahwa mereka yakin Brianna masih hidup dan ‘ada di luar sana.’

Brianna Maitland digambarkan memiliki tinggi badan sekitar 160cm, berat 50kg, dengan rambut coklat panjang lurus. Brianna juga memiliki mata berwarna coklat terang. Selain itu, dia juga mengenakan tindik cincin mungil pada bagian kiri hidungnya. Brianna memiliki bekas luka pada bagian kiri keningnya hingga ke bagian alis mata kirinya.

Vermont Police Department dan keluarga Brianna menawarkan hadiah sebesar $20,000 untuk setiap informasi yang bisa mengungkapkan kasus hilangnya Brianna atau untuk setiap petunjuk yang memungkinkan pelaku yang bertanggungjawab atas hilangnya Brianna tertangkap.



BACA SELENGKAPNYA...

Ketika 911 Tidak Mengangkat Panggilan...

JEJAK KASUS (Wisconsin) - Brittany Zimerman adalah seorang mahasiswi fakultas kedokteran. Usianya masih cukup muda, baru menginjak 21 tahun. Sayang, pada usia itu pula dia harus menemui ajalnya.

Pada suatu hari, Brittany diserang secara brutal oleh seorang lelaki yang tidak dikenal di apartemennya. Sesaat sebelum peritiwa tragis itu terjadi, Brittany sempat menghubungi nomor darurat 911. Namun, amat sangat disayangkan, polisi baru datang 48 menit kemudian. Brittany ditemukan telah meninggal dunia. 911 menemukan, pada saat diserang, hubungan telepon dengan 911 masih tersambung, dan jeritan Brittany terekam dalam kaset 911.

Anehnya, pihak 911 sendiri mengakui tidak mendengar adanya keributan dalam telepon tersebut. Oleh karena itulah, kata 911, pihaknya terlambat mendatangi Brittany karena tidak mendengar ada sesuatu yang mengindikasikan keadaan darurat (emergency) tengah terjadi dalam telepon Brittany tersebut. Sayangnya, 911 salah mengambil kesimpulan dan harus membayar mahal dengan tewasnya Brittany.


Hari itu, tanggal 2 April 2008 cuaca cukup cerah. Awal musim semi. Brittany, mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Wisconsin, baru saja usai kuliah dan hendak pulang ke apartemennya. Brittany tinggal berdua dengan tunangannya, Jordan Gonnering, di apartemen tersebut. Jordan pula lah yang pertama kali menemukan mayat wanita yang dicintainya itu. Polisi sendiri baru datang setelah dihubungi oleh Jordan. Brittany ditemukan dengan luka tusukan berrkali kali di bagian dada, dekat jantungnya. Berdasarkan laporan 911, Brittany menghubungi 911 pada pukul 12.20 siang. Deputi yang menerima panggilan darurat Brittany mengaku tidak ada suara apapun yang mengindikasikam keadaan bahaya dalam telepon tersebut. Kelalaian Deputi itu menimbulkan kritik pedas dari masyarakat AS, terutama negara bagian Wisconsin. Mereka mengatakan, jika saja bantuan cepat diberikan sesaat setelah Brittany menghubungi 911, mungkin saja nyawa Brittany dapat terselamatkan.

Joel De Spain, juru bicara Madison Police Department mengatakan bahwa polisi bekerjka ekstra keras dalam mengungkap kasus ini, dengan mengandalkan bukti-bukti yang ada polisi berkeyakinan bahwa pembunuh Brittany dapat segera terungkap. Polisi juga berkeyakinan kuat bahwa Brittany diserang oleh orang asing karena ada bukti bahwa pintu masuk ke apartment Brittany dibuka secara paksa.

Sayangnya, polisi masih belum dpaat mengungkap motif di balik pembunuhan gadis berparas cantik tersebut, meskipun telah melakukan investigasi terhadap keluarga, teman, dan penghuni apartmen lainnya. Polisi juga membantah bahwa pembunuh Brittany merupakan pembunuh berantai.

Investigasi lebih lanjut menemukan fakta bahwa lingkungan apartmen dimana Brittany tinggal sering disinggahi gelandangan dan tak jarang mereka mengetok pintu untuk meminta uang. Namun, sejauh ini polisi masih belum berhasil menetapkan tersangka.

Kerabat dan teman-teman Brittany menggambarkan Brittany sebagai seorang gadis yang periang, ramah, dan suka menolong. Brittany juga bukan tipe gadis materialistis yang lebih mementingkan uang. Hal itu dibuktikan dari cita-cita Brittany untuk lulus dari fakultas kedokteran dan ingin menolong orang tanpa mengharapkan gaji yang besar. Demikian kata teman-teman Brittany.



Mahasiswa/mahasiswi Wisconsin University menyalakan lilin sebagai ungkapan duka atas tewasnya rekan mereka, Brittany

Dari laporan polisi, Brittany dibunuh di kamar tidurnya. Dekat jasad Brittany ditemukan ponselnya yang pecah berkeping-keping. Senjata yang digunakan untuk membunuh adalah pisau dengan panjang sekitar 2-5 inchi. Barang bukti itu, masih belum ditemukan.
DNA dari jasad Brittany telah berhasil dikumpulkan dari sejumlah barang bukti, di antaranya sampel darah, rambut, dan sidik jari. Namun, sejauh ini belum ada yang cocok dan belum satupun yang ditetapkan sebagai tersangka. Keluarga Brittany menawarkan hadiah senilai 14.000 Dollar AS bagi siapa saja yang memberikan petunjuk dalam pengungkapan kasus itu. Pihak kepolisian juga menawarkan hadiah sebesar 1.000 Dollar AS. Bagi siapa saja yang memiliki petunjuk terhadap kasus ini, dapat menghubungi nomor 608-266-6014. Remember, the killer is still out there...!



BACA SELENGKAPNYA...

Recent Posts

  © Free Blogger Templates Spain by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP